Unit Bisnis untuk Mendukung Pendidikan Guru
Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata “pesantren”? Banyak dari kita mungkin mengingat suasana pengajian, keagamaan, dan hidup santri. Namun, meskipun aspek religius tidak jelas, salah satu pesantren berhasil menggabungkan keagamaan dengan semangat bisnis.
Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman mengubah pendidikan keagamaan dengan mengembangkan 59 unit bisnis yang dikelola bersama oleh para pengurus dan santri. Bagaimana kisah keberhasilannya? Lihatlah ini.
Sejarah Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman: Pada awalnya, pondok pesantren ini didirikan sebagai akibat dari krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1998. Saat itulah
Dia kemudian bertekad untuk mendirikan sekolah Islam gratis untuk membantu orang-orang yang tidak mampu. Pondok Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman terletak di Desa Waru Jaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Berawal dari kobong bambu berukuran 3 x 4 meter, ponpes ini kini berhasil menjadi salah satu role model dengan sukses memberikan jawalogger.com pendidikan gratis dan berkualitas bagi para santrinya. Dengan slogan mereka, “Pendidikan gratis dan berkualitas yang didukung oleh kewirausahaan sosial,” ponpes ini berhasil menerapkan sistem kewirausahaan sosial dengan sukses.
Umi Waheeda: Perempuan Sosialpreneur yang Sukses Memimpin Pesantren Al Ashriyyah Nurul Iman memiliki sistem bisnis sosial yang sukses. Istri pendiri, Umi Waheeda, memainkan peran penting dalam keberhasilan ini. Saat Habib Saggaf, juga dikenal sebagai Abah, meninggal dunia
Perubahan pola kepemimpinan terjadi saat Umi Waheeda mengambil alih kepemimpinan ponpes, terutama dalam hal kewirausahaan. Umi dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berani selama masa kepemimpinannya.
Selain itu, Umi melakukan perubahan dengan meningkatkan standar operasional pesantren dibandingkan dengan masa kepemimpinan Abah. Akibatnya, Ponpes Al Ashriyyah Nurul Iman terkenal dengan sistemnya yang sangat ketat.
Dia berusaha untuk memperbaiki manajemen ponpes yang sebelumnya hanya berbasis kepercayaan dengan menerapkan sistem manajemen finansial dan manajemen SDM. Umi kemudian mengembangkan ponpes dengan pendekatan socio-entrepreneurship yang accountable, accessible, accurate, dan transparent.
Umi berhasil mencapai kemandirian finansial pesantren dengan memberikan pendidikan, konsumsi, kesehatan, dan fasilitas gratis bagi 15 ribu santri berkat gaya kepemimpinannya dan sistem manajemen terbaru yang beliau terapkan. Beliau juga menekankan pembelajaran entrepreneurship kepada seluruh santri agar mereka dapat menjadi pebisnis sukses yang tetap berpegang teguh pada syariat Islam setelah lulus dari ponpes.
Seorang peneliti ekonomi dari UNJ (Universitas Negeri Jakarta) bernama Romadhon mengatakan bahwa mencapai kemandirian keuangan bagi lembaga pendidikan, terutama lembaga pendidikan swasta, tidak mudah. Untuk mencapai tingkat kemandirian finansial yang paling tinggi, manajemen yang efektif diperlukan.